Suatu bangsa akan besar jika lekat dengan budaya literasi. Perubahan suatu bangsa pun dapat terjadi dengan literasi. Ketajaman pedang dapat dikalahkan tinta pena. Budayakanlah menulis sejak buaian hingga liang lahat. Karena menulis yang baik diawali dengan membaca yang baik pula.
 

Mengenang Korban Jepang


Hari Berkabung Daerah (1)
* Bentuk Pokja, Ingatkan Warga Kalbar

Pemerintah Provinsi Kalbar telah menetapkan 28 Juni sebagai Hari Berkabung Daerah (HBD). Tanggal tersebut untuk mengenang tragedi Mandor atau peristiwa  pembantaian Jepang terhadap puluhan ribu warga Kalbar. Namun sejak Perda tersebut diterbitkan pada 2007 banyak kalangan merasa pemerintah hanya setengah hati. Perda itu tidak efektif. Beberapa pihak bersepakat melakukan sesuatu untuk itu. Membentuk Kelomp0k Kerja (Pokja) Tragedi Mandor.

Hendy Erwindi – PONTIANAK

Nek Cu Sitam begitu perempuan tua itu disapa. Usianya sudah 85 tahun tapi ingatannya masih baik. Dia ingat betul bagaimana pesawat tempur Jepang menghiasi langit Pontianak, 19 Desember 1943. Awal petaka bagi warga Pontianak bahkan Kalbar. “Sampai sekarang masih terang di mata saya bagaimana kami melihat rombongan pesawat itu,” ujarnya kepada Pontianak Post, beberapa hari lalu.
                Pesawat sembilan, begitu dia menyebutnya. Memang pesawat tempur Jepang yang mewarnai langit Pontianak hari Jumat sekitar pukul 11.00 jumlahnya sembilan.
Suaranya bergetar saat menceritakan kisah duka itu. Sesekali Nek Cu menutup wajahnya, entah apa yang ada dipikirannya. Dia mengaku ketakutan setiap mengingat peristiwa pesawat sembilan.
Nek Cu adalah warga Kampung Bangke, sekarang Bangka Belitung Laut. Bersama ratusan warga lainnya Nek Cu berhamburan ketika mendengar suara dengungan mesin pesawat yang terbang rendah. Mengitari Pontianak beberapa kali lantas, suara keras terdengar. Tanah bergetar, warga panik. “Pohon bergoyang. Orang tua suruh kami tiarap semua. Bahkan ada yang sampai menggigit akar pohon untuk menahan ketakutan,” kenangnya.
Nek Cu mengatakan pesawat sembilan mengebom Pelabuhan Seng Hie dan beberapa tempat lainnya di pusat kota. Hal itu selaras yang disampaikan wartawan senior Pontianak Post Marius AP dalam tulisan terbitan Sabtu 19 Desember 2009.
Marius menuliskan, kehadiran rombongan pesawat tempur itu disambut gembira. Ada yang melambai-lambaikan tangan, bersorak-sorak tanda senang, saat menyaksikan sembilan pesawat terbang dengan formasi menarik. Warga mengira pesawat tersebut tidak akan mencelakai mereka. Karena kita sedang dijajah pemerintah kolonial. Saat itu yang terlibat perperangan adalah Belanda (bagian dari sekutu) melawan jepang dan sedang menginfasi  Asia. Tapi tak dinyana ternyata serombongan pesawat tempur Jepang itu membawa bom.
Marius memperkirakan bom pertama dijatuhkan di Kampung Bali sekarang Jalan Sisingamangaraja. Tepatnya di Hollandse Chinese School (HCS). Kemudian di Jalan Diponegoro, Agus Salim, Juanda dan Gertak Putih atau Gajahmada.
                Peristiwa itu ternyata berlanjut. Jepang menduduki Pontianak dan melakukan pembantaian. Pemprov Kalbar, saat Gubernur Kadarusno membangun Monumen Makam Juang Mandor. Sejak Juli 2007, Perda Nomor 5 Tahun 2007 diberlakukan. Namun tidak efektif, banyak yang tidak tahu tentang hari itu. Menggugah sebagian kalangan untuk menguaknya lagi. Bukan membuka luka lama, tapi tidak ingin sejarah itu dilupakan generasi muda kita. “Tinggal hitungan hari HBD tapi tidak ada gejolaknya. Sepi,” keluh Syarif Muhammad Herry dari TARA Communication yang juga mantan Anggota KPI Kalbar, kemarin.
                Herry dan beberapa tokoh Kalbar melakukan diskusi di ruang redaksi Pontianak Post, kemarin. Diskusi khusus dilakukan untuk menyikapi HBD yang seolah mulai dilupakan. Yang hadir dalam diskusi tersebut Ilham Sanusi dari ICMI Kalbar, Majelis Musyawarah Istana Kadariah Pontianak Syarif Selamat Joesoef Alkadrie, Sy Abdullah Ketua Nasdem Kalbar, Achmad Husainie Mantan Ketua Perwakilan Komnas HAM Kalbar, Sekretaris Nasdem Kalbar Michael Y, Gusti Hardiansyah dan Aswandi dari akademisi, Santiyoso Tio Ketua Kadin Kalbar serta Khairul Rahman redaktur pelaksanan Pontianak Post. Bahkan di antara mereka adalah anak dan cucu korban keganasan Jepang.
                 Bergantian peserta diskusi menyampaikan pandangannya terhadap tragedi Mandor dan HBD. Diskusi mengerucut dengan pembentukan Pokja Tragedi Mandor. Semuanya setuju dengan Aswandi sebagai ketua.
                Berbagai rekomendasi yang harus dilakukan Pokja itu. Agenda terdekat adalah mengajak warga Kalbar mengingat 28 Juni sebagai HBD. “Kita perlu mengampanyekan ini. Salah satunya membuat spanduk dan memasangnya di tempat umum,” kata Sy Selamat Joesoef Alkadrie.
                Ilham Sanusi menambahkan, selain spanduk perlu juga diminta kepada tokoh-tokoh agama untuk mengajak umatnya berdoa pada hari itu. “Di semua tempat ibadah kita laksanakan doa. Karena korban Jepang dari multietnis dan multikeyakinan,” sarannya.
                Aswandi mengatakan, di lembaga pendidikan pun penting melakukan upacara peringatan HBD setiap 28 Juni. Tidak ada alasan mendekati ujian sekolah atau semester. “Kalau siswa atau mahasiswa tidak diikutkan, dosen dan karyawannya saja. Yang penting kita lakukan upacara,” tegasnya.(bersambung)

Read more