Suatu bangsa akan besar jika lekat dengan budaya literasi. Perubahan suatu bangsa pun dapat terjadi dengan literasi. Ketajaman pedang dapat dikalahkan tinta pena. Budayakanlah menulis sejak buaian hingga liang lahat. Karena menulis yang baik diawali dengan membaca yang baik pula.
 

Penjarahan dan Predator Mengancam Telur Penyu *Melihat Warga Desa Sebubus Melestarikan Habitat Hewan yang Dilindungi

http://www.pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail&id=37215

Penangkaran penyu yang dilakukan swadaya warga Desa Sebubus, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas tidak mudah. Semua dilakukan dengan sederhana dan minim pengetahuan. Banyak cerita, mulai dari menangkal predator alam sampai penjarahan.

Hendy Erwindi – SAMBAS
   
Kamis (5/8) malam, rombongan perangkat Desa Sebubus dan beberapa kepala dusun beristirahat di pondok penangkaran penyu di Pantai Tanjung Kemuning. Perjalanan satu jam dari pusat desa cukup melelahkan. Bukan soal jarak, tapi kondisi jalan yang berlubang, berbatu dan berpasir ditambah hujan angin cukup membuat badan letih.
   
Pukul 19.00 baru semua rombongan berkumpul. Ada yang baru sampai karena berteduh dari hujan. Penjaga penangkaran, Fredy (34) lantas memasak air kemudian menyeduh kopi. Baru saja menyeruput kopi hangat, suara keras terdengar dari luar pondok beratap daun itu. Memanggil nama Fredy. Beberapa orang bergegas mencari arah suara di balik pekat. “Anjing memakan anak penyu yang baru saja menetas,” ungkap Kepala Desa Sebubus, Syafrani. 

Dia melihat lebih dari lima ekor anjing berada di lokasi pengeraman telur penyu. Syafrani dan Fredy mengumpulkan tukik atau anak penyu yang mati sembari menggerutu. Mereka kesal, hampir dua bulan telur dieram tapi dimakan anjing karena tidak dapat mengawasinya 24 jam. Memang, lokasi pengeraman tukik tidak layak. Hanya pagar kayu dengan tinggi tidak sampai 1 meter. “Ini salah satu kendalanya, karena kami tidak mampu membuat kandang yang lebih layak. Segala keterbatasan yang harus kami siasati sendiri,” ujar Syafrani.  

Anjing merupakan salah satu predator tukik, ada juga biawak, elang dan babi. Di laut, tukik tidak juga aman banyak jenis ikan yang gemar memangsanya. Wajar saja hewan ini lekas punah kalau manusia turut menjadi predator.
   
Tiga bulan Fredy di tempat itu. Bersama rekannya setiap malam dia mengawasi penyu bertelur. Bukan penyu atau hewan predator yang menjadi fokus pengawasan, tapi manusia. Banyak sekali yang mengincar telur penyu di sepanjang Pantai Kecamatan Paloh, karena nilai ekonomisnya cukup tinggi. Bahkan saat dipenangkaran sekalipun, meski sudah dipindahkan dan dieram masih ada saja orang yang menjarahnya. “Pernah 1.000 lebih telur hilang, padahal sudah di dalam penangkaran. Kami lengah, saat mengawasi penyu bertelur orang justru mencuri di penangkaran,” ungkap Fredy.
   
Di pantau Tanjung Kemuning, sepanjang 18 kilometer setiap malamnya terdapat 8 – 15 penyu yang naik ke darat. Sebagian di antaranya bertelur. Di sepanjang jarak itu pula Fredy dan tiga rekannya mengawasi dari penjarahan. Hampir setiap malam juga ada orang yang bergerilya di garis pantai. Siap mengambil telur kalau-kalau Fredy dan kawan-kawan lengah. "Sering kami temui orang yang mengambil telur penyu. Kami tidak dapat melakukan apa-apa, hanya meminta telurnya dan memberinya sedikit untuk menghindari benturan," ujarnya. “Misalnya tertangkap tangan 100 telur, kami berikan kepada penjarah 20 – 30. Sisanya dibawa ke penangkaran."
   
Pantai Paloh memang lokasi kegemaran penyu bertelur. Pada era 70-an, di tempat itu dilakukan pesta pantai, perang telur penyu. Ribuan telur dibuang sia-sia sebagai amunisi perang-perangan. “Ada upacara adatnya, kalau lagi musim sekitar Juli – September. Setiap tahun diadakan perang telur penyu. Sekarang sudah tidak ada lagi, selain dilarang undang-undang, jumlah telur penyu juga kian berkurang,” kenang Syafrani.
   
Penangkaran yang dilakukan warga Sebubus merupakan yang pertama dengan swadaya. Selain melestarikan habitat dilindungi ada hal yang lebih penting dari itu semua, menghindari konflik karena perebutan telur penyu. Walau demikian, Syafrani menilai pemerintah kurang serius melindungi penyu. Tidak ada lagi penangkarang yang dilakukan instansi pemerintah di Paloh. Pengawasan pun minim. “Kalau saja pemerintah mau serius, saya yakin penyu masih dapat diselamatkan. Tapi kalau pemerintah hanya diam saja, siapa yang mau disalahkan,” gumamnya.(*)
Read more

Tukik Paloh, Sambas, Kalbar

Read more

Dermaga Pasar Sambas saat hari besar agama

Read more